CSE

Loading

Kamis, 13 Juni 2013

DAMPAK PAKAIAN KETAT TERHADAP KESEHATAN




DAMPAK PAKAIAN KETAT TERHADAP KESEHATAN

Latar Belakang
Pakaian merupakan kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat berteduh/tempat tinggal (rumah).Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi dan  menutup dirinya. Namun seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, pakaian juga digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang  memakainya. Perkembangan dan jenis-jenis pakaian tergantung pada adat-istiadat,  kebiasaan, dan budaya yang memiliki ciri khas masing-masing. Pakaian juga meningkatkan  keamanan selama kegiatan berbahaya seperti hiking dan memasak, dengan memberikan  penghalang antara kulit dan ingkunglan. Pakaian juga memberikan  penghalang higienis, menjaga toksin dari badan dan membatasi penularan kuman. Salah satu tujuan utama dari pakaian adalah untuk menjaga pemakainya merasa nyaman. Dalam iklim panas busana menyediakan perlindungan dari terbakar sinar matahari atau berbagai dampak lainnya, sedangkan di iklim dingin sifat insulasi termal umumnya lebih penting.
Pakaian melindungi bagian tubuh yang tidak terlihat.  Pakaian bertindak sebagai perlindungan dari unsur-unsur yang merusak, termasuk hujan, salju dan angin atau kondisi cuaca lainnya, serta dari matahari. Pakaian juga mengurangi  tingkat risiko selama kegiatan, seperti bekerja atau olahraga. Pakaian kadang-kadang dipakai sebagai perlindungan dari bahaya lingkungan tertentu, seperti seranggabahan kimiaberbahaya, senjata, dan kontak dengan zat abrasif. Sebaliknya, pakaian dapat melindungi lingkungan dari pemakai pakaian, seperti memakai masker.
Banyak kalangan remaja yang lebih memilih menggunakan celana ketat dari pada celana yang lebih longgar, hal ini disebabkan karena  penggunaannya yang sangat praktis, cocok untuk berbagai macam atasan.
Apa dampak pakaian ketat bagi kesehatan?, bagaimana cara pencegahan atau mengurangi penggunaan pakaian ketat ?. Kiranya dapat mencegah atau mengurangi penggunaan pakain ketat, dan pembaca dapat mengetahui dampak buruk pakaian ketat bagi kesehatan dan cara mencegahnya.

Dampak Pakaian Ketat Bagi Kesehetan Manusia
1. Paresthesia
Celana ketat sepinggul berpeluang menimbulkan penyakit
paresthesia. Istilah paresthesia sendiri, menurut Kamus Kedokteran Dorland,  berarti perasaan sakit atau abnormaseperti kesemutan, rasa panas seperti terbakar dan sejenisnya.
Gangguan saraf ringan itu terjadi karena  mereka suka sekali memakai celana ketat sebatas pinggul, setidaknya dalam enam bulan terakhir.
Paresthesia dikenali gejalanya berupa kesemutan yang lama-kelamaan berubah menjadi mati rasa. Kesemutan terjadi lantaran terganggunya  saraf tepi, yakni saraf yang berada di luar jaringan otak di sekujur tubuh. Umumnya karena tertekan, infeksi, maupun gangguan metabolisme.
2. Ancaman Jamur
Pada dasarnya semua jenis pakaian ketat berpotensi  menimbulkan tiga macam gangguan kulit baik itu sebatas pinggul maupun di atas pinggul.
Hal itu disebabkan masalah kelembaban yang memungkinkan jamur subur berkembang biak. Belakangan ini, pasien korban jamur yang berobat ke  Klinik Kulit dan Kelamin RSCM meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2002, sekitar 35% pasien terbukti kena serangan jamur.  Usia mereka berkisar 15 – 45 tahun. Meski tak semuanya berhubungan dengan kebiasaan  berbusana, tetapi kecenderungan meningkatnya jamur sebagai sumber penyakit kulit mesti diwaspadai.
Idealnya, di negara tropis seperti Indonesia, pakaian  ketat atau terlalu tebal memang harusdihindari. Kulit menjadi kekurangan ruang untuk  bernapas”, sementara cairan yang keluar dari dari tubuh cukup banyak. Akibatnya, permukaan  kulit menjadi lembab. Jika tak diimbangi busana yang tepat, jamur akan lebih mudah beranak pinak. Jenis jamur yang banyak ditemui adalah jamur panu (bercak putih, cokelat, atau kemerahan), jamur kurap dengan bintik menonjol gatal, serta
jamur kandida  yang basah dan gatal.
3. Berbekas Hitam
Sesuai namanya, gejala gatal dan beruntusan yang menjadi
trade mark sang  dermatitis  hanya muncul bila terjadi gesekan antara kulit dengan benda dari luar tubuh. Benda asing yang berpotensi gesek tinggi tidak hanya benda keras, semisal: perhiasan, jam tangan, atau ikat pinggang. Busana sehari-hari, jika terlalu ketat  menempel di tubuh, atau terbuat dan bahan berkontur kasar juga dapat memicu luka.
Celana ketat terutama berpengaruh pada kondisi kulit di sela-sela paha. Awalnya  mungkin cuma radang ringan. Tapi, kalau prosesnya berlangsung lama, bisa menimbulkan  bercak hitam di pangkal paha,” kata Kusmarinah Bramono”. Jika si pemilik tubuh insaf dan menjauhkan diri dari busana ketat, warna hitam tadi mungkin saja berkurang atau hilang sama sekali. Namun, Kusmarinah mengingatkan, proses menghilangkan noda hitam itu tak bisa dilakukan secepat membalik telapak tangan.
Jenis penyakit kulit lain yang biasa menghinggapi pemakai celana ketat adalah biduran atau kaligata. Bentuknya bentol-bentol mirip bekas gigitan ulat bulu. Tingkat keparahannya mulai bentol sebesar biji jagung hingga bibir bengkak.
Biduran bisa muncul di bagian tubuh mana pun. Berdasarkan pengamatan Kusmarinah, banyak pasien tidak menyadari, biduran dapat juga disebabkan oleh tekanan serta ketatnya pakaian.
4. Kanker Ganas Melanoma 
Penelitian ilmiah kontemporer telah menemukan bahwasanya perempuan berpakaian tetapi ketat atau transparan, maka ia berpotensi mengalami berbagai penyakit kanker ganas melanoma di sekujur anggota tubuhnya yang terbuka. Majalah kedokteran Inggris melansir hasil penelitian ilmiah ini dengan mengutip beberapa fakta, diantaranya bahwasanya kanker ganas melanoma yang masih berusia dini akan semakin bertambah dan menyebar sampai ke kaki.
Penyakit ini disebabkan sengatan matahari yang mengandung
ultraviolet dalam waktu yang panjang di sekujur tubuh yang berpakaian ketat atau berpakaian pantai (yang biasa dipakai wanita ketika di pantai dan berjemur di sana). Penyakit ini mengenai seluruh tubuh dengan kadar yang berbeda-beda. Tanda-tanda penyakit ini muncul pertama kali adalah seperti bulatan berwarna hitam agak lebar. Terkadang berupa bulatan kecil saja, kebanyakan di daerah kaki atau betis, dan biasanya di daerah sekitar mata, kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuh disertai pertumbuhan di daerah-daerah yang biasa terlihat, pertautan limpa (daerah di atas paha), dan menyerang darah, lalu menetap di hati serta merusaknya.
Terkadang juga menetap di sekujur tubuh, diantaranya: tulang, dan bagian dalam dada. Juga bagian perut karena adanya dua ginjal yang menyebabkan  air kencing berwarna hitam karena rusaknya ginjal akibat serangan penyakit kanker ganas ini.  Penyakit ini juga menyerang janin di dalam rahim ibu yang sedang mengandung. Orang yang menderita kanker ganas ini tidak akan hidup lama. Obat-obatan belum bisa mengobati
kanker ganas ini.
5. Kemandulan
Pakaian ketat dapat menyebabkan kemandulan pada wanita. Pada cuaca yang sangat dingin, pakaian ketat tidak berfungsi menjaga suhu tubuh dari serangan hawa dingin. Suhu yang terlalu dingin jelas dapat membahayakan kondisi rahim  (Al-Istanbuli, 2006).  
Darah terganggu, menyebabkan varises dan gangguan yang di akibatkan jenis pakaian ketat dalam jangka waktu yang lama adalah membuat bentuk tubuh  menjadi buruk dan merusak tulang punggung. Pakain ketat dan transparan tenyata sangat  berbahaya menurut majalah kedokteran di Inggris, pakaian ketat yang di kenakan dalam waktu panjang dapat menyebabkan Kanker Milanoma. Menurut penelitian ilmiah pakaian ketat yang dikenakan oleh wanita di terik matahari dalam waktu yang panjang, setelah beberapa tahun menyebabkan Kanker ganas milanoma pada usia dini . dan kaos kaki nilon yang mereka kenakan tidak sedikitpun bermanfaat didalam menjaga kaki  mereka dari kanker ganas tersebut.
Kanker Melanoma adalah kanker kulit yang sangat berbahaya, dan kanker ini biasanya di mulai dengan tanda hitam pada kulit, atau tahi lalat. Tahi lalat adalah kumpulan sel pigmen abnormal (melanosit ) yang muncul pada kulit
Dan penyakit ini terkadang mengenai seluruh tubuh dengan kadar yang berbeda-beda. Gejala dari kanker ini adalah munculnya bulatan berwarna  hitam agak lebar dan terkadang berupa bulatan kecil saja, pada daerah kaki atau betis, atau bisa disekitar mata kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuh. Penyebaran bulatan ini  disertai pertumbuhan di daerah-daerah yang biasa terlihat, pertautan limpa (daerah di atas paha), menyerang darah, dan menetap di hati dan merusaknya.
Dalam beberapa kasus kanker milanoma juga menyerang  tulang, bagian dalam dada dan perut. Kanker ini juga menyerang ginjal, Jika ginjal sudah rusak air kencing akan berwarna hitam.  Janin juga tidak luput dari serangan kanker milanoma ini.Orang yang menderita kanker ganas ini tidak akan hidup lama, karena belum di temukan obat yang benar benar mampu menyembuhkan kanker ganas ini.
6. Mengganggu mobilitas usus
Penggunaan celana yang terlalu ketat dapat mengganggu mobilitas dari usus. Hal inilah yang membuat seseorang merasa tidak nyaman atau sakit pada perut setelah dua atau tiga jam setelah makan. Namun terkadang masyarakat tidak  menyadari bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh penggunaan celana yang ketat.
7. Memicu pembekuan pembulu darah
Penggunaan pakaian ketat juga akan mengganggu gerakan tubuh yang dapat  memicu timbulnya pembekuan darah di dalam pembuluh darah, membuat aliran terganggu.
8. Mengganggu kesuburan wanita dan gangguan jamur di sekitar organ
Endometriosis (suatu gangguan yang sering mengakibatkan gangguan kesuburan pada wanita) diduga karena disebabkan kebiasaan seseorang yang selalu memakai pakaian ketat selama bertahun-tahun. Menggunakan pakaian ketat akan memicu sel-sel endometrium (selaput lendir rahim) untuk melarikan diri dari rongga rahim lalu berdiam di indung telur, sehingga kesehatan menjadi terganggu.
Bila hal ini dibiarkan terus menerus, maka akan menimbulkan gangguan jamur di sekitar organ intim wanita. Bila sudah menimbulkan jamur, maka dapat dipastikan seorang wanita akan mengalami berbagai gangguan.
Perlu diketahui bahwa jamur itu sangat suka  suasana lembab. ia akan tumbuh subur. Jika menggunakan celana ketat jeans maka daerah lipatanya akan menjadi lembab apalagi jika dipakai seharian itulah salah satu yang menjadi munculnyakeputiha
 n
9. Memperburuk kualitas sperma dan menyebabkan kemandulan  Berdasarkan penelitian bahwa penggunaan pakaian ketat menyebabkan penurunan kualitas sperma yaitu  jumlah sperma yang biasanya 60 juta per mililiter kini turun drastis hingga ke angka 20 juta per mililiter. Setelah dilakukan penelitian  mendalam ternyata masalahnya masih terjadi pada skrotum lapisan yang melindungi penis. Suhu yang tidak normal pada skrotum karena sering ditekan oleh celana jeans ketat bisa berakibat buruk pada kualitas sperma karena tumpukan keringat yang tidak bisa keluar disekitar penis tentu akan menimbulkan jamur yang akan meningkatkan suhu testis dalam produksi sperma.
Kurang lebih sama saja dengan wanita, penggunaan celana ketat bisa menimbulkan ‘kekurangan udara’ terutama kepada
organ vital.Umumnya suhu udara yang kondusif untuk organ vital normalnya sampai 36,5 derajat celcius, namun saat memakai celana ketat, suhu udarapun naik menjadi 37 derajat celcius.  Kondisi yang panas ini sangat berbahaya buat sperma. Sebuah penelitian membuktikannya  dengan mengambil sampel pria yang suka mengenakan celana ketat. Jumlah sperma yang diproduksi biasanya 60 juta permilimiter, dengan menggunakan celana ketat jumlah sperma turun drastis sepertiganya, yakni 20 juta permililiter.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Ternyata masalahnya terletak pada skrotum. Suhu yang tidak normal pada skrotum karena celana jeans ketat  bisa berakibat buruk pada kualitas sperma loh sobat kenapa? karena tumpukan keringat yang tidak bisa keluar di sekitar Organ vital. Ini akan menimbulkan jamur yang akan meningkatkan suhu testis dalam produksi sperma, dan bila diteruskan akan menjadi gatal dan akan menjalar ke bagian
buah zakar. menurunkan kualitas kesuburan!http://id.wikipedia.org/wiki/Makanan 10. Menyebabkan pingsan 
Mungkin terdengar ekstrim tapi hal ini sering dialami  oleh beberapa wanita. Meski  korset  sudah tidak popular lagi, pakaian sejenis itu dapat mengurangi pemakainya mengembangkan paru-parunya dan hal ini akan mengakibatkan nafas terasa berat. Selain itu, akan memperkecil  oksigen yang masuk ke dalam tubuh. Kategori pakaian seperti ini termasuk pakaian dalam pernikahan, bustier, dan spandek
11. Menaikkan asam lambung 
Terlalu ketat juga akan menyebabkan naiknya cairan asam lambung karena tekanan yang terlalu besar pada perut. Hal ini dapat meningkatkan tekanan di daerah abdominal yang akan menyebabkan asam lambung naik ke kerongkongan
Memakai pakaian yang ketat dan sesak tidak  dianjurkan (makruh) baik dari sudut pandang syari’ah maupun dari sudut pandang kesehatan. Ada sebagian jenis baju ketat membuat orang yang mengenakannya sulit melakukan sujud. Jika baju seperti ini menyebabkan si pemakai sukar mengerjakan shalat atau bahkan  menyebabkan dia meninggalkan shalat, maka jelas hukum memakai baju seperti ini adalah haram.
Asy-Syaikh al Albaniy berkata bahwa celana ketat itu mendatangkan dua macam musibahMusibah pertama, bahwa orang yang memakainya menyerupai orang-orang kafir. Sedangkan Kaum Muslim memang memakai celana, akan tetapi model celana yang lebar dan longgar. Model seperti ini masih banyak  dipakai di daerah Suriah dan Libanon. Ummat Islam baru mengenal celana ketat setelah  mereka dijajah bangsa eropa. Pengaruh buruk itulah yang diwariskan oleh kaum penjajah  kepada ummat Islam. Akan tetapi karena kebodohan dan ketololan ummat Islam sendiri,  Mereka mengambil tradisi buruk tersebut.
Musibah kedua, celana ketat menyebabkan bentuk aurat terlihat dengan jelas. Memang benar bahwa aurat pria adalah anggota badan antara pusar dan lutut. Namun seorang hamba yang sedang melakukan shalat dituntut untuk berbuat lebih dari ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat (dalam masalah busana ini,  lihat Al Qur’an Surah 7:31). Tidak pantas dia melakukan maksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala ketika sedang sujud bersimpuh di hadapan-Nya. Ketika dia mengenakan celana ketat, maka kedua pantatnya akan terbentuk dengan jelas. Bahkan lebih dari itu, bagian tubuh yang membelah keduanya juga terlihat nyata !
Bagaimana seorang hamba melakukan shalat dan menghadap
Rabb Semesta Alam dalam keadaan seperti ini ?! Yang lebih aneh lagi adalah  mayoritas pemuda Muslim biasanya menentang keras apabila kaum wanita Muslimah  memakai baju ketat. Alasan mereka bahwa baju ketat  yang dipakai wanita bisa menunjukkan bentuk tubuhnya secara jelas. Akan tetapi pemuda ini lupa akan dirinya sendiri. Dia tidak sadar  bahwa dia telah mengerjakan suatu hal yang dia sendiri membencinya.
Jika demikian, tidak ada bedanya antara wanita yang memakai baju ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya dengan pria yang memakai celana  ketat (jeans dan semacamnya-pen-) sehingga terlihat bentuk kedua pantatnya. Ketika pantat pria dan wanita dianggap sebagai aurat, maka hal menggunakan baju ketat bagi mereka itu sama saja hukumnya, yakni dilarang. Sebenarnya para pemuda wajib menyadari musibah yang telah melanda mayoritas mereka.
Rasulullah SAW telah melarang kaum pria shalat  dengan memakai celana tanpa gamis (kemeja). Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud  dan al Hakim. Sanad hadits ini sendiri berkualitas hasan. Lihat Shahiih al Jaami’ al  Shaghiir nomor 6830 dan juga diriwayatkan oleh al Thahawiy dalam Syarh Ma’aaniy al Atsaar (I/382).
Adapun jika model celana yang dikenakan  ketika shalat tidak ketat dan berukuran longgar, maka sah shalat yang dikerjakan. Yang lebih  baik adalah dirangkap dengan gamis yang bisa menutup anggota tubuh antara pusar dan lutut.  Akan tetapi lebih baik lagi apabila panjang gamis itu sampai setengah betis atau sampai  mata kaki (asalkan tidak sampai menutupi mata kaki –pen). Hal seperti ini adalah cara menutup aurat yang paling sempurna (mungkin pakaian seperti ini di daerah kita agak sukar didapatkan di pasaran, namun cukup banyak sarung yang bisa menggantikan fungsinya –pen-). (Al Fataawaa I/69, tulisan Syaikh ‘Abdul Aziz bin ‘Abdullah bin Baz).
Dengan latar belakang inilah Komite Tetap Pembahasan Masalah ‘Ilmiyyah dan fatwa Saudi Arabia (semacam MUidi Indonesia -pen-)  menjawab pertanyaan mengenai hukum Islam tentang shalat memakai celana. Jawaban yang dirumuskan adalah sebagai berikut: “Jika pakaian tersebut tidak menyebabkan aurat terbentuk dengan jelas, karena modelnya longgar dan tidak bersifat transparan sehingga anggota aurat tidak bisa dilihat dari arah belakang, maka boleh dipakai ketika shalat. Namun  apabila busana itu terbuat dari bahan yang tipis sehingga memungkinkan aurat yang memakai dilihat dari belakang, maka shalat yang dikerjakan batal hukumnya. Jika sifat busana yang dipakai hanya mempertajam atau memperjelas bentuk aurat saja, maka makruh  mengenakan busana tersebut ketika shalat. Terkecuali jika tidak ada busana lain yang dapat dikenakan.I 13.    Cara Mengurangi Atau Mencegah Seorang Memakai Pakaian Ketat yang Berdampak Buruk Bagi Kesehatan
Setiap manusia tentunya ketika mengetahui akibat dari penggunaan pakaian ketat akan mulai sadar dan mengurangi pemakaian pakaiaan ketat. Selain itu, mengurangi produksi pakaiaan ketat juga bisa menjadi salah satu cara yang tepat.
Pemahaman sejak dini dari orang tua sangat  berperan dalam memberikan pendidikan dalam berpakaian sehingga sejak kecil anak dapat memahami dampaknnya bagi kesehatan.
Petugas kesehatan mempunyai perananan  yang penting dalam pencegahan penggunaan pakaian ketat ini dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat terutama masyarakat di perkotaan.
14.  Kesimpulan 
Pakaian merupakan kebutuhan pokok manusia selain  makanan dan tempat berteduh/tempat tinggal (rumah). Manusia membutuhkan pakaian  untuk melindungi dan menutup dirinya. Namun seiring dengan perkembangan kehidupan  manusia, pakaian juga digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya. Pakaian juga dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan pemakainya,  sehingga dalam memilih pakaian yang digunakan harus cermat, seperti memilih pakaian yang tidak terlalu ketat bagi tubuh, agamapun melarang.
15.  Saran 
Sebagai individu yang berperan dalam kesehatan masyarakat, pemahaman akan masalah-masalah yang sering terjadi sesuai dengan perkembangan zaman  sangat penting dalam memecahkan permasalahan kesehatan masyarakat.

Rabu, 12 Juni 2013

Pengaruh ASI Eksklusif untuk Four dibandingkan Enam Bulan pada Ibu


Pengaruh ASI Eksklusif untuk Four dibandingkan Enam Bulan pada Ibu
Status Gizi Bayi dan Pengembangan Bermotor: Hasil Dua
Ujian Acak di Honduras
1
Kathryn G. Dewey, *
2
Roberta J. Cohen, * Kenneth H. Brown * dan Leonardo Landa Rivera

* Departemen Gizi dan Program Gizi Internasional, University of California, Davis, California
95616-8669 dan

Medicina Infantil, San Pedro Sula, Honduras
ABSTRAK Untuk menguji apakah durasi pemberian ASI eksklusif mempengaruhi gizi ibu atau motorik bayi
pembangunan, kami memeriksa data dari dua studi di Honduras: pertama dengan 141 bayi primipara berpenghasilan rendah
perempuan dan yang kedua dengan 119 istilah, bayi berat lahir rendah. Dalam kedua studi, bayi ASI eksklusif
untuk 4 bulan dan kemudian secara acak untuk melanjutkan pemberian ASI eksklusif (EBF) sampai 6 bulan atau menerima
berkualitas tinggi, higienis makanan padat (SF) selain ASI antara 4 dan 6 bulan. Ibu penurunan berat badan antara
4 dan 6 bulan secara signifikan lebih besar pada kelompok ASI eksklusif (EBF) kelompok dibandingkan kelompok (s) diberikan
makanan padat (SF) dalam studi 1 (20,7 6 1,5 vs 20,1 6 1,7 kg, P, 0,05) tetapi tidak dalam penelitian 2. Perkiraan rata-rata
beban gizi tambahan untuk terus menyusui secara eksklusif sampai 6 bulan itu kecil, hanya mewakili
0,1-6,0% dari kecukupan gizi yang dianjurkan untuk energi, vitamin A, kalsium dan zat besi. Perempuan dalam kelompok EBF
lebih cenderung amenore pada 6 bulan dibandingkan perempuan dalam kelompok SF, yang melestarikan nutrisi seperti zat besi.
Dalam kedua studi, hanya sedikit perempuan (10 -11%) yang tipis (indeks massa tubuh, 19 kg/m2
), Sehingga tambahan penurunan berat badan dalam
Kelompok EBF dalam studi 1 adalah tidak mungkin telah merugikan. Bayi dalam kelompok EBF merangkak cepat (kedua studi)
dan lebih mungkin untuk berjalan dengan 12 mo (studi 1) dibandingkan bayi dalam kelompok SF. Diambil bersama-sama dengan kami sebelumnya
temuan, hasil ini menunjukkan bahwa keuntungan pemberian ASI eksklusif selama interval ini tampaknya
lebih besar daripada potensi kerugian dalam pengaturan ini. J. Nutr. 131: 262-267 2001
http://jn.nutrition.org/content/131/2/262.full.pdf
Google Terjemahan untuk Bisnis:Perangkat PenerjemahPenerjemah Situs WebPeluang Pasar G

Data awal dari Survei Demografi dan Kesehatan pada Bayi Feeding di 20 Mengembangkan negara1, 2


Data awal dari Survei Demografi dan Kesehatan pada Bayi Feeding di 20 Mengembangkan negara1, 2
1. Bernadette M. Marriott3-5 *,
2. Larry Campbell3,
3. Erica Hirsch3, dan
4. David Wilson3
+ Afiliasi Penulishttp://jn.nutrition.org/content/137/2/518S.long
1. 3RTI Internasional, Research Triangle Park, NC 27709 dan 4University of North Carolina School of Public Health, Chapel Hill, NC 27599
1. ↵ * Kepada siapa korespondensi harus ditangani. E-mail: bernadette_marriott@abtassoc.com.

Bagian berikutnya
Abstrak
Studi ini menjelaskan praktik pemberian makan bayi di negara berkembang, cairan khusus melengkapi dan makanan pada tahun pertama kehidupan. Data dikumpulkan dari Survei Demografi dan Kesehatan dilakukan dari 1999 sampai 2003. Kami menganalisis data dari negara-negara dengan data yang tersedia, termasuk hasil untuk tingkat anak 24 jam dan 7-d makanan dan asupan cairan. Kami menggunakan dataset dari 20 negara dengan informasi tentang> 35.000 bayi dikategorikan berdasarkan usia: 0-6 dan 6-12 mo. Untuk analisis, kami mengelompokkan data untuk cairan lain selain ASI seperti air, susu lain (misalnya, kaleng, bubuk, hewan), formula bayi, dan cairan lain (misalnya, jus buah, teh herbal, air gula). Semua makanan padat spesifik dikelompokkan sebagai setiap makanan padat. Kami menyajikan data tentang menyusui dan ibu yang dilaporkan asupan cairan dan padat oleh bayi dalam periode 24-jam, untuk tiap negara, dan dalam analisis dikumpulkan. Pooled data menunjukkan bahwa 96,6% dari 0 - 6 - dan 87,9% dari 6 - untuk bayi 12-mo-tua itu saat disusui. Dilaporkan makan cairan lainnya lebih rendah di antara 0 - 6-mo-olds dari 6 - 12-mo-olds: air (45,9 vs 87,4%), produk susu lainnya (11,9 vs 29,6%), formula bayi (9,0 vs 15,1%), dan cairan lain (15,1 vs 41,0%). Analisis dikumpulkan menunjukkan bahwa 21,9% ibu melaporkan makan 0 - untuk bayi 6-mo berusia beberapa jenis makanan padat, dan 80,1% ibu melaporkan makan makanan padat untuk 6 - sampai 12-mo-olds. Data ini survei menunjukkan bahwa susu lainnya, cairan lain, dan makanan padat masing-masing jauh lebih sering makan seluruh bayi dibandingkan susu formula bayi komersial di negara yang diteliti

Nutrisi dalam Kehidupan awal dan Pemenuhan Intelektual


Nutrisi dalam Kehidupan awal dan Pemenuhan Intelektual
Potential12
ERNESTO Pollitt, 3 * KATHLEEN S. GORMANj Patrice L. ENGLEj
JÃœAN A. Riveras DAN Reynaldo Martorell ***
* Perilaku Penelitian dan Gizi Internasional, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran,
TB139, Uniuersity of California, Davis, Davis, CA 95616, - ^ Departemen Psikologi, University of
Vermont, Burlington, VT 05.405, ^ Departemen Psikologi dan Pembangunan Manusia, California
Polytechnic State University, San Luis Obispo, CA 93407, SCentro de Investigaciones en Salud PÃ º blica
Instituto Nacional de Salud PÃ º blica, 62.508 Cuernavaca, More / os, MÃ © xico, dan Departemen *** dari
Kesehatan Internasional, The Rollins School of Public Health dari Emory University, Atlanta, GA 30322
ABSTRAK Pengaruh pakan tambahan awal
ing pada kognisi diselidiki menggunakan data yang dikumpulkan
selama dua periode di empat desa Guatemala. Itu
pertama adalah Institut Nutrisi di Amerika Tengah
dan Panama (INCAP) studi longitudinal dari tahun 1969 sampai
1977 dan yang kedua adalah cross-sectional tindak lanjut
mantan peserta dilakukan pada tahun 1988-1989. Itu
Tujuan utama dari studi ini adalah untuk menilai
efek diferensial dua suplemen diet, atole
mengandung 163 kJ kcal/682 dan protein g 11,5 per cangkir
atau 180 mL dan mengandung 59 Fresco kcal/247 kJ dan
0 g protein per cangkir, yang diberikan kepada ibu, bayi
dan anak-anak. Kinerja dinilai pada
baterai proses psychoeducational dan informasi
ing tes yang diberikan selama masa remaja.
Perbedaan yang konsisten antara kelompok yang diamati
pada tes psychoeducational. Subyek menerima atole
mencetak secara signifikan lebih tinggi pada tes pengetahuan, nu
meracy, membaca dan kosa kata dari yang diberikan
Fresco. Atole ingestià ³ nalso dikaitkan dengan lebih cepat
waktu reaksi dalam tugas-tugas pengolahan informasi. Dalam iklan
dition, ada interaksi yang signifikan antara jenis
suplemen makanan dan status sosial ekonomi (SES)
mata pelajaran. Di desa-desa atole, tidak ada perbedaan
dalam kinerja antara mata pelajaran dalam terendah dan
SES tertinggi kategori. Di sisi lain, kinerjanya
performance sports di desa-desa Fresco yang terbaik di com tertinggi
dikupas dengan kelompok SES terendah. Setelah pengawasan dekat
hipotesis alternatif, dapat disimpulkan bahwa diet
Perubahan yang dihasilkan oleh suplementasi menyediakan
Penjelasan terkuat untuk tes kinerja berbeda
ences diamati dalam tindak lanjut antara subjek ex
diajukan kepada atole dan mereka yang terkena Fresco lentur
pemikiran. J. Nutr. 125: 1111S-1118S, 1995.
Mengindeks KATA KUNCI:
http://jn.nutrition.org/content/125/4_Suppl/1111S.full.pdf

Komposisi diet Wanita Hamil Apakah Terkait dengan Ukuran Bayi di Birth1, 2


Komposisi diet Wanita Hamil Apakah Terkait dengan Ukuran Bayi di Birth1, 2
1. Vivienne M. Moore3,
2. Michael J. Davies *,
3. Kristyn J. Willson,
4. Anthony Worsley †, dan
5. Jeffrey S. Robinson *
+ Afiliasi Penulis
1. Departemen Kesehatan Masyarakat, Universitas Adelaide, Australia;
2. * Departemen Obstetri & Ginekologi, Universitas Adelaide, Australia, dan
3. † Sekolah Ilmu Kesehatan, Deakin University, Australia
1. ↵ 3Untuk siapa korespondensi harus ditangani. E-mail: vivienne.moore @ adelaide.edu.au.

Bagian berikutnya
Abstrak
The janin asal teori penyakit orang dewasa menunjukkan bahwa bayi panjang yang kecil untuk usia kehamilan mereka memiliki peningkatan kerentanan terhadap penyakit kronis pada masa dewasa sebagai konsekuensi dari adaptasi fisiologis terhadap gizi selama hidup janin. Bukti yang konsisten untuk pengaruh komposisi diet perempuan selama kehamilan pada pertumbuhan bayi mereka kurang, meskipun efek yang kuat pada hewan percobaan. Kami melakukan studi observasional prospektif dari 557 wanita berusia 18-41 y, tinggal di Adelaide, Australia Selatan. Diet dinilai pada awal kehamilan dan akhir menggunakan FFQ. Pada awal kehamilan, median untuk asupan energi, proporsi energi yang berasal dari protein dan karbohidrat dari yang 9,0 MJ, 17 dan 48%, masing-masing. Pada akhir kehamilan median yang sesuai adalah 9,2 MJ, 16 dan 49%. Pada awal kehamilan, persentase energi yang berasal dari protein adalah positif berhubungan dengan berat badan lahir (P = 0,02) dan berat plasenta (P = 0,07), terlepas dari asupan energi dan berat badan selama kehamilan, dan setelah penyesuaian untuk pembaur potensial, termasuk ibu umur, paritas, dan merokok. Efek yang lebih kuat di antara perempuan (n = 429) yang memiliki data yang dapat diandalkan, berdasarkan kriteria prespecified termasuk masuk akal dari data diet ketika dirujuk terhadap estimasi pengeluaran energi. Selain itu, untuk subkelompok ini, persentase energi dari karbohidrat pada kehamilan awal dan akhir dikaitkan secara negatif dengan indeks Ponderal bayi, dan efek tertentu protein dari sumber susu diidentifikasi. Data ini mendukung proposisi bahwa komposisi diet ibu memiliki efek pada pertumbuhan janin. Diet ibu di masyarakat Barat karena itu mungkin penting bagi kesehatan jangka panjang anak.
• kehamilan

• Komposisi makanan

• pertumbuhan janin

• berat lahir

Malformasi rangka janin Terkait dengan


Malformasi rangka janin Terkait dengan
Sedang Zinc Defisiensi Selama Kehamilan
WAYNE HICKORY, Ravindra NANDA DAN
FRANK A. Catalanotto
Departemen Ortodonti dan Pediatrie Kedokteran Gigi,
School of Dental Medicine, University of Connecticut,
Pusat Kesehatan, Farmington, Connecticut 06032
ABSTRAK Penelitian ini meneliti efek moderat seng de
ficiency pada pengembangan kerangka janin tikus. Delapan belas tikus hamil
diberi makan diet kekurangan seng (1,3 ppm) dari 3 sampai 15 hari kehamilan. Sebuah
tambahan 18 tikus pasangan diberi diet yang sama ditambah dengan 100 ppm
seng dan menjabat sebagai kontrol. Tingkat zinc dalam plasma ditentukan
pada hari 15 dan 20 kehamilan dan dalam cairan ketuban pada hari 20. Itu
tikus hamil tewas pada hari 20 dan janin dibersihkan dan bernoda
dengan alizarin merah. Berat janin kekurangan zinc secara signifikan kurang
dibandingkan dengan kontrol. The tidak jelas, serta bernoda seng ditambah
janin, tidak menunjukkan anomali. The alizarin janin eksperimental bernoda
menunjukkan anomali parah tulang panjang, vertebra, dan tulang rusuk. Keseluruhan
pengapuran tulang juga jauh lebih kecil dibandingkan dengan seng sup
plemented kontrol. Tingkat zinc secara signifikan lebih kecil dalam plasma (hari
15) dan cairan ketuban (hari 20) dari bendungan eksperimental. Hasil ini juga
menunjukkan bahwa meskipun kekurangan seng moderat tidak menyebabkan eksternal
malformasi kraniofasial, itu sangat mempengaruhi kalsifikasi dan de
Pembangunan tulang tengkorak. J. Nutr. 109: 883-891, 1979.
Mengindeks KATA KUNCI
â € ¢ kelainan tulang
kekurangan zinc â € ¢ â € ¢ teratologi kehamilan

Gabungan Makanan dan Suplemen mikronutrien selama Kehamilan Memiliki Terbatas Dampak Tekanan


Gabungan Makanan dan Suplemen mikronutrien selama Kehamilan Memiliki Terbatas Dampak Tekanan Darah Anak dan Fungsi Ginjal di Pedesaan Bangladesh1, 2,3,4
1. Sophie Hawkesworth5, *,
2. Yukiko Wagatsuma6,
3. Ashraf I. Kahn7,
4. Mohammad D. H. Hawlader6, 7,
5. Anthony J. C. Fulford5,
6. Shams-El Arifeen7,
7. Lars-Ake Persson8, dan
8. Sophie E. Moore5
+ Afiliasi Penulis
1. 5Medical Research Council International Nutrition Group, London School of Hygiene dan Tropical Medicine, London, UK
2. 6Faculty Kedokteran, Universitas Tsukuba, Tsukuba, Jepang
3. Pusat 7International Penelitian Penyakit diare, Dhaka, Bangladesh, dan
4. Kesehatan Ibu dan Anak 8International, Departemen Kesehatan Perempuan dan Anak, Universitas Uppsala, Uppsala, Swedia
1. ↵ * Kepada siapa korespondensi harus ditangani. E-mail: Sophie.hawkesworth @ lshtm.ac.uk.
Abstrak
Bukti pengamatan menunjukkan eksposur gizi selama dalam pengembangan rahim mungkin memiliki konsekuensi jangka panjang untuk kesehatan, data dari intervensi langka. Di sini, kami menyajikan sidang tindak lanjut studi untuk menilai hubungan antara makanan dan suplemen prenatal mikronutrien dan tekanan darah anak dan fungsi ginjal. Selama Percobaan MINIMat di pedesaan Bangladesh, perempuan secara acak di awal kehamilan untuk menerima undangan awal atau kemudian untuk menghadiri program suplementasi makanan dan tambahan untuk menerima baik besi dan folat atau beberapa tablet mikronutrien harian. The 3267 individu lahir tunggal dengan antropometri diukur lahir selama persidangan yang memenuhi syarat untuk studi lanjutan di 4,5 y tua. Sebanyak 77% dari individu yang memenuhi syarat direkrut dan tekanan darah, ukuran ginjal dengan USG, dan laju filtrasi glomerulus (GFR, dihitung dari plasma cystatin c) dinilai. Dalam analisis yang disesuaikan, undangan awal untuk suplemen makanan dikaitkan dengan Hg 0,72-mm [(95% CI: 0,16, 1,28), P = 0,01] masa kanak-kanak menurunkan tekanan darah diastolik dan suplemen MMS ibu dikaitkan dengan sedikit lebih tinggi [0,87 mm Hg (95% CI: 0,18, 1,56), P = 0,01] masa kanak-kanak tekanan darah diastolik. Ada juga beberapa bukti bahwa suplemen zat besi yang lebih tinggi dikaitkan dengan tinggi keturunan GFR. Tidak ada efek lain dari intervensi makanan atau mikronutrien yang diamati dan tidak ada interaksi antara intervensi pada hasil belajar. Asosiasi ini marjinal dan efek ukuran kecil menunjukkan pentingnya kesehatan umum terbatas pada anak usia dini.
Catatan kaki

Apakah Ada Hubungan kausal antara Defisiensi Besi atau Iron-Defisiensi


Anemia dan Berat di Kelahiran, Panjang Kehamilan dan Angka Kematian Perinatal?
1,2
Kathleen M. Rasmussen
Divisi Ilmu Gizi, Universitas Cornell, Ithaca, NY 14853.
ABSTRAK Kajian literatur yang luas dilakukan untuk mengidentifikasi apakah kekurangan zat besi, kekurangan zat besi
anemia dan anemia dari setiap penyebab yang berhubungan dengan dengan berat badan lahir rendah, kelahiran prematur atau kematian perinatal.
Ada bukti kuat adanya hubungan antara kadar hemoglobin ibu dan berat lahir serta
antara konsentrasi hemoglobin ibu dan kelahiran prematur. Itu tidak mungkin untuk menentukan berapa banyak dari ini
Asosiasi disebabkan anemia kekurangan zat besi pada khususnya. Nilai minimal baik untuk berat badan lahir rendah dan
kelahiran prematur terjadi pada konsentrasi hemoglobin ibu di bawah cut-off nilai saat ini untuk anemia selama
kehamilan (110 g / L) dalam sejumlah studi, terutama di mana nilai-nilai hemoglobin ibu tidak
dikontrol selama kehamilan. Suplementasi ibu hamil menderita anemia atau nonanemicc dengan besi, folat
asam atau keduanya tidak muncul untuk meningkatkan baik berat lahir atau lamanya kehamilan. Namun, penelitian
harus ditafsirkan dengan hati-hati karena sebagian besar tunduk pada bias terhadap temuan negatif palsu. Jadi, meskipun
mungkin ada alasan lain untuk menawarkan perempuan besi tambahan selama kehamilan, bukti saat ini tersedia
dari studi dengan desain yang tepat untuk membangun hubungan kausal tidak cukup untuk mendukung atau menolak ini
praktek untuk tujuan khusus meningkatkan berat lahir atau menurunkan tingkat kelahiran prematur. J. Nutr. 131:
590S-603S, 2001.
KATA KUNCI: c kehamilan c hemoglobin c c c anemia asam folat besihttp://jn.nutrition.org/content/131/2/590S.full.pdfhttp://jn.nutrition.org/content/131/2/590S.full.pdf

Risiko Bayi Anemia Apakah Terkait dengan Eksklusif Menyusui dan Ibu Anemia dalam Cohort1 Meksiko, 2


1. Jareen K. Meinzen-Derr *,
2. M. Lourdes Guerrero †,
3. Mekibib Altaye *,
4. Hilda Ortega-Gallegos †,
5. Guillermo M. Ruiz-Palacios †, dan
6. Ardythe L. Morrow *, 3
+ Afiliasi Penulis
1. * Pusat Epidemiologi dan biostatistik dan Departemen Pediatrics, University of Cincinnati College of Medicine, Rumah Sakit Medical Center Anak Cincinnati, Cincinnati, Ohio, dan † Departamento de Infectologia, Instituto Nacional de Ciencias Medicas y NUTRICION, Meksiko, DF
1. ↵ 3Untuk siapa korespondensi harus ditangani. E-mail: Ardythe.Morrow @ cchmc.org.

Bagian berikutnya
Abstrak
WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif (EBF) untuk 6 bulan pertama kehidupan untuk mengurangi beban penyakit menular. Namun, beberapa orang khawatir tentang pengaruh EBF> 6 mo pada status zat besi anak-anak di negara berkembang di mana anemia adalah lazim. Penelitian ini meneliti risiko anemia dalam kaitannya dengan durasi EBF dan anemia ibu pada kelompok kelahiran dipelajari antara Maret 1998 dan April 2003. Semua berat lahir bayi adalah ≥ 2,2 kg. Semua ibu menerima konseling sebaya rumahan untuk mempromosikan EBF. Data pemberian makanan bayi dikumpulkan mingguan. Perawat diukur hemoglobin (Hb) menghargai setiap 3 bulan. Hb diukur dalam 183 bayi pada 9 mo usia. Anemia pada 9 mo didefinisikan sebagai nilai Hb <100 g / L. EBF didefinisikan oleh kriteria WHO dan berkisar dalam durasi 0-31 minggu. Pada 9 mo, Hb (rata-rata ± SEM) adalah 114 ± 0,9 g / L, 23 anak (12,5%) memiliki tingkat Hb <100 g / L. EBF> 6 bulan, tetapi tidak EBF 4-6 mo, dikaitkan dengan peningkatan risiko anemia bayi dibandingkan dengan EBF <4 bulan (rasio odds = 18,4, 95% CI = 1,9, 174,0). Anemia ibu adalah independen (P = 0,03) dikaitkan dengan peningkatan risiko 3 kali lipat anemia bayi. Asosiasi ini tidak dijelaskan oleh pembaur dengan faktor ibu atau bayi yang lain. Dengan regresi linier, bayi lebih rendah Hb pada 9 mo dikaitkan dengan peningkatan durasi EBF antara ibu yang memiliki riwayat anemia (β = -0.07, P = 0,003), tetapi tidak di antara ibu yang tidak memiliki riwayat anemia. Bayi yang diberi ASI eksklusif selama> 6 bulan di negara berkembang mungkin pada peningkatan risiko anemia, terutama di kalangan ibu-ibu dengan status zat besi miskin, lebih memperhatikan masalah ini dibenarkan.
• anemia bayi

• anemia ibu

• pemberian ASI eksklusifhttp://jn.nutrition.org/content/136/2/452.ful

Analisis Anemia dan Kehamilan-Terkait Ibu Mortality1, 2


1. Bernard J. Brabin3,
2. Mohammad Hakimi *, dan
3. David Pelletier †
+ Afiliasi Penulis
1. Liverpool School of Tropical Medicine, Liverpool, Inggris dan University of Amsterdam, Emma Kinderziekenhuis, Academic Medical Centre, Amsterdam, Belanda;
2. * Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia, dan
3. † Divisi Ilmu Gizi, Universitas Cornell, Ithaca, NY 14853
1. ↵ 3Untuk siapa korespondensi dan cetak ulang permintaan harus ditangani. E-mail: l.j.taylor @ liverpool.ac.uk.

Bagian berikutnya
Abstrak
Hubungan anemia sebagai faktor risiko untuk kematian ibu dianalisis dengan menggunakan studi cross-sectional, longitudinal dan kasus-kontrol karena percobaan acak yang tidak tersedia untuk analisis. Berikut ini enam metode estimasi risiko kematian diadopsi: 1) korelasi tingkat kematian ibu dengan prevalensi anemia ibu berasal dari statistik nasional, 2) proporsi kematian ibu disebabkan anemia, 3) proporsi wanita anemia yang meninggal; 4) populasi berisiko-disebabkan kematian ibu akibat anemia, 5) remaja sebagai faktor risiko untuk kematian anemia terkait, dan 6) penyebab anemia yang berhubungan dengan kematian ibu. Perkiraan rata-rata untuk semua penyebab anemia disebabkan kematian (baik langsung dan tidak langsung) adalah 6.37, 7.26 dan 3,0% untuk Afrika, Asia dan Amerika Latin, masing-masing. Angka kasus kematian, terutama untuk studi rumah sakit, bervariasi dari <1% sampai> 50%. Risiko relatif kematian terkait dengan anemia sedang (hemoglobin 40-80 g / L) adalah 1,35 [95% confidence interval (CI): 0,92-2,00] dan anemia berat (<47 g / L) adalah 3,51 (95% CI : 2,05-6,00). Estimasi populasi berisiko-disebabkan dapat dipertahankan atas dasar hubungan yang kuat antara anemia berat dan kematian ibu tetapi tidak untuk anemia ringan atau sedang. Di daerah malaria holoendemic dengan prevalensi anemia berat 5% (hemoglobin <70 g / L), diperkirakan bahwa pada primigravida, akan ada kematian anemia terkait 9 parah-malaria dan 41 nonmalarial kematian anemia terkait (kebanyakan gizi) per 100.000 kelahiran hidup. Komponen kekurangan zat besi ini tidak diketahui.

Kamis, 16 Mei 2013

Pengertian HIV AIDS

AIDS singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kumpulan dari gejala dan infeksi atau biasa disebut sindrom yang diakibatkan oleh kerusakan sistem kekebalan tubuh manusia karena virus HIV, sementara HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang dapat melemahkan kekebalan tubuh pada manusia. Jika seseorang terkena virus semacam ini akan mudah terserang infeksi oportunistik atau mudah terkena tumor. Untuk sampai saat ini, penyakit HIV AIDS belum bisa disembuhkan dan ditemukan obatnya, kalau pun ada itu hanya menghentikan atau memperlambat perkembangan virusnya saja.

Virus HIV dan virus-virus sejenisnya seperti  SIV, FIV dan lain-lain biasanya tertular melalui kontak langsung antara aliran darah dengan cairan tubuh yang didalamnya terkandung HIV, yakni darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan virus ini sering terjadi pada saat seseorang berhubungan intim, jarum suntik yang terkontaminasi, transfusi darah, ibu yang sedang menyusui, dan berbagai macam bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.



AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.

Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini. Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV. HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.

Selasa, 14 Mei 2013

Twin pregnancy: the impact of the Higgins Nutrition Intervention Program on maternal and neonatal outComes1


 Twin pregnancy: the impact of the Higgins Nutrition Intervention Program on maternal and neonatal outComes1
Sheila Dubois, Cynthia Dougherty, Marie-Paule Duquette,
James A Hanley, and Jean-Marie Moutquin
ABSTRACT Perinatal outcomes were compared between
354 twins treated with the Higgins Nutrition Intervention Program and 686 untreated twins. After differing distributions of
key confounding variables were adjusted for, the twins in the
intervention group weighed an average of 80 g more (P < 0.06)
than the nonintervention twins; their low-birth-weight rate was
25% lower (P < 0.05) and their very-low-birth-weight rate was
almost 50% lower (P < 0.05). Although the rate of preterm delivery was 30% lower in the intervention group (P < 0.05), the
rates of intrauterine growth retardation were similar in the two
groups. Fetal mortality was slightly higher (14 vs 12 per 1000,
NS), but early neonatal mortality was fivefold lower (3 vs 19
per 1000, P < 0.06) in the intervention group. Maternal morbidity was significantly lower (P < 0.05) in the intervention
group. There was a trend towards lower infant morbidity in the
intervention group. These results suggest that nutritional intervention can significantly improve twin-pregnancy outcome. Am J C/in Nuir 199 1;53: 1 397- 1403.
KEY WORDS Twin pregnancy, nutrition  intervention,
birth weight, morbidity, mortality

Prevention of twin pregnancy after in-vitro fertilization or intracytoplasmic sperm injection based on strict embryo criteria: a prospective randomized clinical trial
+Author Affiliations Fertility Clinic, Department of Obstetrics–Gynaecology–Fertility, Middelheim Hospital, Lindendreef 1, 2020, Antwerp, Belgium
  • Received May 4, 1999.
  • Accepted July 14, 1999.
A prospective randomized study comparing single embryo transfer with double embryo transfer after in-vitro fertilization or intracytoplasmic sperm injection (IVF/ICSI) was carried out. First, top quality embryo characteristics were delineated by retrospectively analysing embryos resulting in ongoing twins after double embryo transfer. A top quality embryo was characterized by the presence of 4 or 5 blastomeres at day 2 and at least 7 blastomeres on day 3 after insemination, the absence of multinucleated blastomeres and <20% cellular fragments on day 2 and day 3 after fertilization. Using these criteria, a prospective study was conducted in women <34 years of age, who started their first IVF/ICSI cycle. Of 194 eligible patients, 110 agreed to participate of whom 53 produced at least two top quality embryos and were prospectively randomized. In all, 26 single embryo transfers resulted in 17 conceptions, 14 clinical and 10 ongoing pregnancies [implantation rate (IR) = 42.3%; ongoing pregnancy rate (OPR) = 38.5%] with one monozygotic twin; 27 double embryo transfers resulted in 20 ongoing conceptions with six (30%) twins (IR = 48.1%; OPR = 74%). We conclude that by using single embryo transfer and strict embryo criteria, an OPR similar to that in normal fertile couples can be achieved after IVF/ICSI, while limiting the dizygotic twin pregnancy rate to its natural incidence of <1% of all ongoing pregnancie